BANDUNG TECHNO PARK

Kamis, 19 Mei 2011

Mengulas Bandung Techno Park

http://i257.photobucket.com/albums/hh205/poofybdg/bandungTechnoPark2.jpg

Awal tahun ini, kabar menggembirakan datang dari Bumi Parahyangan. Kalangan akademisi Institut Teknologi Telkom Bandung (ITTelkom) mengagas Bandung Techno Park. Tidak sepertihal techno park lainnya yang sudah dibangun di beberapa tempat di Tanah Air, BTP memfokuskan bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK/ICT).
BTP dibangun diatas lahan seluas 5 hektar yang disediakan oleh Yayasan Pendidikan Telkom, berlokasi di dalam kawasan pendidikan Telkom, tepatnya di Kampus Institut Teknologi Telkom, Terusan Buah Batu Dayeuhkolot Bandung. Dilengkapi 52 laboratorium TIK, dan sedikitnya terdapat 215 orang peneliti di bidang TIK. “Jumlahnya akan bertambah, bekerjasama dengan perguruan tinggi, kalangan akademisi serta peneliti lainnya,” papar Jangkung Rahardjo, Penanggung Jawab Bandung Techno Park.

http://farm3.static.flickr.com/2729/4440331558_2ac29a241e.jpg

Laboratorium-laboratorium tersebut dikelompokkan dalam Laboratorium Sistem Elektronika (4 lab), Laboratorium Sistem Jaringan dan Multimedia (3 lab), Laboratorium Pengolahan sinyal Informasi (3 lab), Laboratorium Transmisi Komunikasi (4 lab), Laboratorium Sistem Komunikasi (3 lab), Laboratorium Informatika Teori dan Pemograman (4 Lab), Laboratoria Rekayasa Perangkat Lunak dan Data (4 lab), Laboratoria Sistem Komputer dan Jaringan (4 Lab) , Laboratorium Rekayasa Industri (15 Laboratorium).
Menurut Rahardjo, Bandung Techno Park dirintis sejak 2006 melalui permohonan pada Dirjen Depperin. “Ide kami mengembangkan Techno Park khusus ICT,” papar Raharjo. Awal 2007, Departemen Perindustrian, melalui Dirjend IKM memberikan izin pada kalangan akademik ITTelkom mengembangkan UPT Telematika sekaligus memberikan hibah perangkat . Hingga 2009, Depperin kembali memberikan bantuan pembangunan Pusat Disain Telekomunikasi untuk memproduksi desain-desain sistem maupun perangkat telekomunikasi. Dua lembaga (UPT Telematika dan Pusat Desain Telematika) bantuan Departemen Perindustrian tersebut , menjadi cikal bakal Bandung Techno Park.
“UPT Telematika bertujuan untuk menumbuhkan dan membina industri kecil dan menengah di bidang ICT. Sedangkan, PDT nantinya akan lebih banyak kegiatan-kegiatan riset aplikatif,” ujarnya.
Bandung Techno Park memfokuskan 8 bidang, yaitu Research & Development, Vocational Training and Human Resource Certification, Consultaty, Facility Provider, Business Mediation, Technical & Business Information Center, Product Certification,dan Production Support
Rahardjo mengatakan riset-riset yang dihasilkan akan dikategorikan menjadi riset dasar dan terapan. Riset terapan akan dikembangkan di PDT (Pusat Desain Telematika) menjadi desain produk dan dibuatkan prototipe, dalam bentuk sistem maupun perangkat. “Secara tidak langsung paten akan tumbuh dengan subur dari sini. Prototipe-prototipe tersebut akan melalui prosedur sertifikasi hingga dinyatakan layak diproduksi massal,” ujarnya.
Kendati, dihasilkan prototype dengan spesifikasi tertentu, namun Rahardjo mengakui khusus teknologi ICT harus mampu mencapai standar nasional, dan Internasional. “Apalah artinya BTP bisa memproduksi prototipe sistem atau perangkat tetapi tidak penuhi standar sehingga tidak dapat digunakan masyarakat luas. Justru disinilah peran ABG (academician, business, goverment-red) tadi, khususnya pemerintah yang bertanggung jawab menetapkan aturan tersebut melalui badan standardisasi,” ujarnya.
BTP ditargetkan mampu menghasilkan prototipe per tahun yang siap diserap industri. Pada tahun ini (2010) ditargetkan kerjasama dengan 10 industri. Rahadjo mengatakan, BTP diharapkan bisa membantu menyerap investasi telekomunikasi di Indonesia untuk konten lokal. Tercatat saat ini investasi telekomunikasi di Indonesia sekitar Rp 300 triliun, namun baru 5 persen di antaranya yang dimanfaatkan oleh konten lokal.
“Dengan kebijakan pemerintah sekarang dimana lokal konten minimal 30 persen, memberikan harapan baru bagi produksi dalam negeri untuk mampu bersaing dengan produk luar,” ujarnya.
Investasi pembangunan BTP dilakukan secara bertahap. Pada tahun ini, kucuran dana mencapai Rp 9 miliar. Sedangkan pada 2011, direncanakan ditanamkan lagi sekitar Rp 17 miliar, dan pada 2012 sebesar Rp 31 miliar. Hingga 2013, investasi yang ditanamkan BTP akan mencapai 24 miliar.
Menurut Rahardjo, pendanaan pembangunan tahap awal bersumber dari Yayasan Pendidikan Telkom melalui ITTelkom, dan dalam pengembangannya mendapat bantuan Departemen Perindustrian melalui pembangunan UPT dan PDT. “Diharapkan dimasa depan, provinsi, kabupaten serta kalangan industri besar ikut berperan mengembangkannya,” ujarnya.

http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs175.snc3/20275_1371858624517_1473308094_30966725_4891980_n.jpg
Targetkan 10 Prototipe per Tahun

Bandung Techno Park (BTP) berniat menjadi ‘kawah candradimuka’ produk-produk IT nasional. Targetnya, per tahun minimal ada 10 prototipe produk yang siap diadopsi industri yang lahir dari BTP.
Dengan target tersebut, BTP diharapkan bisa membantu menyerap investasi telekomunikasi di Indonesia untuk konten lokal. Saat ini investasi telekomunikasi di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 300 triliun, namun baru 5 persen di antaranya yang dimanfaatkan oleh konten lokal.
Demikian seperti diungkapkan oleh Penanggung Jawab BTP, Jangkung Raharjo, saat berbincang dengan detikINET Rabu (13/1/2009). “Kami hanya sampai proses prototipe. Untuk produksi masal kami serahkan kepada industri. Ya, minimal di tahun pertama ada 10 prototipe,” paparnya.
Meski demikian, Jangkung mengaku belum mempersiapkan skema kerjasama dengan tenant ataupun pelaku industri kecil menengah yang akan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh BTP ini. “Sudah banyak yang SMS ke saya untuk bisa bergabung. Terus terang saya belum memikirkan bagimana pola kerja samanya. Karena selama ini mereka gratis memanfaatkan fasilitas yang kita miliki,” ungkapnya.
Hak Paten
Rupanya program sejenis BTP sebelumnya telah digelar dnegan nama Unit Pelayanan Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK). Kegiatan UPT TIK ini dilakukan sejak 2007 dengan bantuan dari Departemen Perindustrian RI dan didukung juga oleh Disperindag Jabar.
Selama ini kegiatan di UPT TIK telah menghasilkan beberapa prototipe yang beberapa di antaranya baru akan diajukan hak patennya. “Hasil yang kemarin sedang diusahakan hak patennya. Apakah kemudian diproduksi masal, itu tergantung dari industri. Itu kenapa kami juga menggandeng industri untuk terlibat aktif di sini,” tukasnya.
Jangkung berharap, BTP bisa menjadi wadah bisnis antara akademik, industri dan pemerintah. Akademisi bisa memberikan kontribusi berupa riset, pemerintah sebagai pembuat regulasi, sedangkan keuntungan finansial akan diperoleh industri sebagai penggerak roda ekonomi. “Kita bisa lakukan riset bersama dan sharing teknologi,” katanya.

Bukan Hanya Milik IT Telkom
Di akhir pembicaraan, Jangkung menegaskan bahwa BTP bukan hanya milik IT Telkom sendiri. Melainkan milik bersama dari masing-masing perguruan tinggi, bukan hanya di kawasan Jabar saja tapi juga di seluruh Indonesia.
Saat ini, model BTP sudah diterapkan di beberapa kota lainnya. Misalnya Cimahi dengan Cimahi Cyber City yang konsentrasi pada industri game dan animasi, Solo Techno Park yang fokus pada mesin dan Sragen yang menerapkan model balai latihan kerja.
“BTP ini bukan milik IT Telkom semata. Karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada ruang dan waktu. Kami justru ingin merangkul yang lain seperti ITB, UI dan ITS. Masing-masing kampus memiliki keunikan dan kelebihan, kita bisa saling melengkapi,” tutupnya.

GANDENG UI DAN ITB
Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) tak akan sendiri saja dalam menggarap Bandung Techno Park (BTP). Mereka mengaku siap menggandeng Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Kami akan gandeng ITB dan UI untuk bergabung. Biar lengkap laboratorium yang ada,” ujar Penanggung Jawab BTP, Jangkung Raharjo usai peresmian pembangunan BTP di komplek kampus IT Telkom, Jalan Telekomunikasi, Kabupaten Bandung, Selasa (12/1/2009).
Saat ini, imbuhnya, BTP didukung oeh 42 laboratorium milik IT Telkom dan 215 peneliti dari IT Telkom. Dengan bergabungnya ITB dan UI, akan semakin menambah fasilitas serta hasil penelitian yang akan dihasilkan.
Menurut Jangkung, ITB memiliki kelebihan di bidang elektronika. Sedangkan UI memiliki laboratorium anechoic chamber untuk mengukur sinyal magnetik. Bahkan Jangkung pun melirik kampus lainnya di luar daerah Jabar seperti ITS Surabaya.
“Lab kami (IT Telkom – red) mungkin lab telekomunikasi yang paling lengkap. Kami punya 42 lab. Mulai dari lab GSM, CDMA serta lab-lab lainnya. ITB kuat di elektronika dan UI punya lab anechoic chamber. Atau ITS yang kuat di robotikanya. Kami akan perkaya resource yang ada,” ungkapnya.

2 Lembaga, 8 Fokus Bisnis
Saat ini ada dua lembaga yang dipersiapkan untuk menjadi bagian dari BTP. Yang pertama adalah Unit Pelayanan Teknis Teknologi Informasi dan Teknologi (UPT TIK) dan Pusat Desain Telekomunikasi (PDT).
Dijelaskan oleh Jangkung, UPT TIK bertujuan untuk menumbuhkan dan membina industri kecil dan menengah di bidang ICT. Sedangkan PDT nantinya akan lebih
banyak kegiatan-kegiatan riset aplikatif.
Secara keseluruhan, Jangkung mengatakan, ada 8 fokus bidang bisnis BTP nantinya. Fokus itu, menurut pria yang juga menjabat Dekan Fakultas Elektro dan Komunikasi IT Telkom tersebut, adalah:
  • research and development
  • educational training
  • consultancy
  • facility provider
  • business mediation
  • information distribution
  • certification
  • production support
Lokasi BTP sendiri akan berada di kawasan pendidikan telkom. Rencananya akan dibangun 6 gedung yang menunjang BPT itu sendiri. “Ada 6 gedung nantinya. Gedung Utama, gedung research and development, gedung pelatihan, gedung pergudangan dan gedung untuk kegiatan pembinaan,” ungkapnya.
Biaya untuk membangun gedung utama, saat ini diperkirakan sekitar Rp 4 miliar. Sedangkan dana yang digelontorkan oleh Yayasan Pendidikan Telkom adalah sekitar Rp 6 miliar, ini mencakup untuk pembangunan gedung utama dan akses jalan sepanjang 400 meter.
“Mungkin Yayasan Pendidikan Telkom membangun gedung utama. Mungkin dari stakeholder yang lain akan membangun gedung yang lainnya,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar